Hobinya adalah tertawa. Tawanya lepas, nyaris tanpa beban. Setiap pagi ia selalu bersemangat untuk sekolah. Sekolah selalu menjadi tempat menyenangkan dan membuatnya lupa dari kesedihan. Aku mengaguminya sebagai teman. Aku mengenalnya baru tiga bulan yang lalu. Sejak saat itu, hidupku tak lagi kesepian. Ia selalu mengajakku kemanapun ia pergi.
Suatu malam, aku mendengar suara isakan. Sebuah isakan yang tertahan. Awalnya, aku takut karena ini adalah malam jumat kliwon. Kemudian aku teringat kata-kata Om Kale, bahwa malam jumat kliwon adalah waktu yang paling menyeramkan. Aku tak pernah bertanya kenapa bisa menyeramkan, karena aku terlalu penakut.
Aku memberanikan diri mengintip dari dalam laci meja biru langit di sebrang tempat tidur. Ternyata temanku yang hobinya tertawa dengan tawanya yang lepas dan nyaris tanpa beban itulah yang sedang terisak tertahan di atas tempat tidur. Aku tidak bisa membaca raut wajahnya karena tubuhnya sempurna tertutup selimut. Hanya tubuhnya yang terguncang dan suara isaknyalah yang menandakan bahwa temanku sedang tidak baik-baik saja.
Sepuluh menit berlalu, aku masih menatapnya dengan tanda tanya. Menunggu sampai ia membuka selimut itu. Namun, sampai jarum pendek pada jam weaker di sebelah tempat tidur memeluk angka empat pun, ia masih menutup dirinya. Akupun kembali tertidur karena tak bisa menahan kantuk.
Ketika aku bangun dari tidurku, aku melihat matanya yang sembab. Karena dia selalu menggunakan kacamata, jadi dia bisa menutupi kesembaban matanya tersebut. Pagi itu, keceriaannya telah kembali. Ia kembali mengembangkan tawanya yang lepas dan nyaris tanpa beban. Lalu, aku bertanya-tanya. Sebenarnya apakah yang terjadi pada dirinya semalam? Apakah ia hanya bermimpi buruk? Atau ia memiliki sebuah masalah yang sungguh berat? Tapi, kenapa ia tidak bercerita pada ibunya? Kebanyakan anak akan cerita pada ibunya ketika ia sedang dalam masalah. Terlepas dari masalah kecil atau besar.
Kita tidak pernah bisa mengetahui isi hati seseorang. Apa yang mereka tunjukkan pada dunia, bukan berarti itulah yang ia rasakan sebenarnya. Masih banyak sekali misteri yang belum terkuak. Memang benar adanya, tak perlulah kau mengumbar semua yang kau rasakan pada dunia. Toh, dunia tak pernah benar-benar memedulikanmu, dunia tetap tak acuh padamu. Sesuatu yang pasti terjadi adalah, ada alasan di balik semua yang dirasakan seseorang. Ya, selalu ada. Pasti. Namun, sampai detik ini aku tak pernah mengetahui alasan pasti ia menangis kenapa, dan bagaimana perasaan gadis yang tawanya lepas dan nyaris tanpa beban itu sebenarnya.
