Thursday, June 9, 2016

Paket Lengkap Itu Bernama: KITA

“Kamu bisa gak sih peka sedikit?”
“Aku salah apa lagi De?”
“Bisa gak sih kamu tahan kantuk kamu sebentar aja untuk nemenin aku sebelum tidur?”
“Ya ampun De, semalem kan aku udah bilang kalau aku ngantuk banget. Kamu aneh deh, bilang mau tidur duluan salah, gak bilang apalagi.”
“Kamu kan tahu aku lagi gak baik-baik aja.”
“Maaf, maaf, maaf.”
Kemudian hening
“De, aku minta maaf, aku tahu aku salah. Jangan ngambek lagi dong.”

Sudah berapa kali kita berdebat hanya karena hal sepele?
Sudah seberapa sering aku mempermasalahkan hal yang seharusnya tak perlu dipermasalahkan? Sudah berapa ribu maaf darimu yang tak pernah aku terima sebelum ada pembuktian?

“Aku gak sabar untuk selalu makan masakan kamu, De.”
“Lho! Kamu lupa, kalau aku gak bisa masak?”
“Kamu juga lupa, kalau aku akan selalu makan apapun dan bagaimana pun masakan kamu?”
“Serius?”
“Ya, karena aku tahu masak itu tidak mudah, dan kamu pasti memasaknya dengan cinta.”

See? Setelah ada banyak sekali rentetan hal sepele yang kupermasalahkan, kau masih saja sama. Sayangnya kamu tidak bisa tergantikan oleh apapun dan siapapun.

Aku itu api, dan kamu selalu siap menjadi air. Kamu selalu bisa meredam segala emosimu demi aku. Kamu tidak pernah menjadi minyak yang selalu membuat api membesar. Kamu adalah tangan ketika aku tak mampu meraih sesuatu. Kamu adalah kaki ketika aku mulai lelah berjalan. Kamu adalah bahu ketika aku lelah menghadapi hari-hariku. Kamu adalah senyum yang membuatku tenang. Kamu adalah calon imam yang selalu berusaha lebih baik. Kamu adalah gojeg yang selalu siaga mengantarku atau kebutuhanku. Kamu adalah paket lengkapku yang selalu membuat tawa, candu, marah, sebel, bahagia, senyum, gemes, khawatir, dan rindu.

Bukankah aku juga paket lengkapmu? Aku adalah gadis kecilmu yang childish, penyemangat hidupmu, calon makmum yang selalu kau banggakan, gadis moody yang selalu membuatmu khawatir, gadis dewasa nan romantismu, gadis bawel bin cerewetmu yang tak pernah mau kalah dalam perdebatan, manager keuanganmu, dan calon istrimu yang shalehah.

Bagaimana pun aku, kamu tak pernah mau melepaskanku. Begitu pun denganku, bagaimana pun kamu, aku tak pernah berpikir sedikit pun memindahkan rasa sayangku kepada orang lain. Kita adalah manusia yang selalu bersyukur dengan apa yang terjadi, termasuk menjalani sebuah sandiwara. Meskipun terkadang wajah bahagiamu tak bisa disandiwarakan tatkala menatapku di depan umum.

Kita tak mungkin bisa menjauh karena ada candu yang melekat di antara kita, candu yang disebut rindu. Iya, aku selalu merindukanmu, begitu pun denganmu, bahkan ketika kita sedang bersama. Kita selalu saja membenci jarak, namun kita juga tak pernah menyalahkan dinding pemisah itu. Kita selalu berpikir bahwa itulah cara Tuhan menyayangi umat-Nya, melatih sabar untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan.


“We come to love not by finding a perfect person, but by learning to see an imperfect person perfectly.”
(Sam Keen)

No comments:

Post a Comment