Hari jumat (06/11/15), materi yang saya ajarkan kepada anak-anak kelas 8 hari itu adalah menulis petunjuk melakukan sesuatu (KD 4.3). Saya mengajar di dua sekolah, saya selalu memperlakukan hal yang sama pada keduanya. Namun, untuk saat ini saya membedakan mereka. Awalnya memang bukan sebuah kesengajaan. Semua berawal ketika sebelum berangkat ke sekolah, saya berpikir untuk menjadikan pelajaran ini tidak membosankan lagi. Akhirnya saya memilih untuk membuat petunjuk secara berantai, seperti apa yang pernah saya lakukan pada pelajaran puisi semester lalu.
Pelajaran pertama, saya masuk ke kelas VIII-8. Setelah saya selesai menyampaikan materi, mereka sangat antusias ketika saya mengatakan bahwa latihannya kali itu adalah bekerja sama, tidak individu. Saya mengatakan bahwa latihan ini seperti games, kalian bersaing dengan kelompok yang lain dan saya yang akan menentukan mereka harus membuat petunjuk melakukan apa.
Beberapa dari mereka bertanya, “kita gak praktik bu?” Lalu saya menjawab, “materinya adalah menulis, jadi kita tidak akan praktik membuat sesuatu itu. Soal rasa tidak penting, yang penting itu bahasa dan ejaan kalian yang masih berantakan.”. Iya, beberapa kali saya mengoreksi buku tugas mereka, saya masih sering juga menjumpai ejaan yang berantakan.
Kelompok 1 saya tugasnya menulis petunjuk membuat mie instan, kelompok 2 telur ceplok, kelompok 3 jus buah, dan kelompok 4 agar. Peraturan permainannya adalah mereka maju berbaris di depan areanya masing-masing, karena kebetulan ada dua papan tulis, jadi saya bagi menjadi empat area. Mereka patungan membuat petunjuk dengan menuliskannya di papan tulis. Satu orang mendapatkan jatah 30 detik untuk menulis (entah satu kalimat atau lebih, yang penting 30 detik) dan akan dilanjutkan temannya setelah waktunya habis, begitu saja sampai selesai (3,5 menit).
Saat itu, karena saya menyuruh mereka maju semua ke depan, akhirnya keadaan menjadi crowded dan suaranya tidak terdengar. Saya harus berteriak sekencang mungkin ketika 30 detik telah selesai. Dalam hati saya berkata, “oke fine, evaluasi untuk saya adalah untuk tidak menyuruh siswa maju ke depan kelas secara bersamaan.” Evaluasi lainnya adalah, saya seharusnya memberikan waktu lebih lama pada mereka, yakni 5 menit.
![]() |
| Ini adalah salah satu hasil siswa |
Sebelum saya evaluasi, sebelumnya ada 4 foto. Namun, karena kesalahan teknis, foto lainnya hilang, entah kemana ketika akan dipindahkan ke laptop. Ini saja saya download dari FB, untung saja sempat mengupload satu foto. #nyesek :(
Berdasarkan hasil siswa, kelompok satu sudah lengkap secara isi. Namun, bahasanya masih jauh dekat dengan kata berantakan. Mereka tidak mengindahkan ejaan dan masih saja menuliskan kata sambung di depan kalimat. Padahal sebelumnya saya sudah menjelaskan tentang ciri-ciri bahasa petunjuk yang baik seperti apa. Namun, saya pun mafhum mengapa demikian, karena mereka terpacu oleh waktu, mereka takut sekali kehabisan waktu, sehingga panik dengan apa yang mereka tuliskan.
Mereka hanya fokus pada kelengkapan isi dan urutan, meskipun pada kenyataannya masih saja ada yang tidak terbawa. Contohnya saja yang terjadi pada kelompok 3 (jus buah), kesalahan mereka (terlepas dari ejaan) adalah tidak mencantumkan akan membuat jus buah apa. Mereka juga lupa untuk memasukkan buahnya ke blender. Jadi, hari itu sempurna saja saya tertawa sampai menangis (ini saya tidak lebay, karena itu kebiasaan saya ketika ada sesuatu hal yang sangat lucu). Saya membayangkan ada seseorang yang membuat jus buah, ia sudah selesai mencuci buah, mengupas, lalu memotong-motongnya, namun tidak dimasukkan ke blender. Lalu saya mengatakan pada anak-anak, “nanti es dan air yang sudah diblender diminum, lalu buahnya yang sudah dipotong-potong dimakan, lalu lompat-lompat agar mereka tercampur dan jadi jus dalam perut.” Anak-anak terhanyut dalam tawa, mereka menertawakan kesalahan temannya sendiri. Cukup efektif sekali menggunakan tulisan berantai ini untuk pelajaran menulis petunjuk. Mereka jadi tahu kesalahan apa yang mereka perbuat dan bisa mengevaluasinya bersama. Melibatkan siswa secara langsung memang selalu menjadi cara ampuh untuk menghidupkan kelas. Dengan demikian, tidak akan ada lagi siswa mengeluh karena tugas atau bahkan tidur di dalam kelas.

Wuah bagus juga Pot idenya biar seru, jadi dibuat games gitu, tapi setelah itu mereka kerja individu kan?
ReplyDeleteNah itu dia Dong kurangnya, karena hari Jumat (waktunya pendek), jd aku gak sempet kasih tugas itu ke mereka. Aku jg lupa gak ngasih PR, soalnya minggu depan anak2 udh ulangan harian. :3
ReplyDeleteAku selalu suka bermain dan belajar di dalam kelas. Tapi terkadang waktu tdk memungkinkan untuk selalu melakukan itu. Pembelajaran seperti ini menyenangkan, tapi guru harus benar2 dituntut untuk tetap mengontrol kelas dan mengarahkan siswa kepada tujuan utama pembelajaran. Pada dasarnya, memang sulit untuk melakukan semua rangkaian pembelajaran pada satu pertemuan. Sampai saat ini jujur aku masih belajar 😀
ReplyDeleteiyaa nit, emang tantangan banget. kuncinya adalah, kuasai dulu anak2nya, baru melakukan hal yg seperti ini. soalnya kalau kita tidak bisa mengontrol anak2, akan ribet banget.
ReplyDelete