Ketika aku mengeluh bahwa aku sedang tidak fit, kamu meminta orang lain untuk memijit. Ketika aku tahu kamu belum makan, aku meminta orang lain untuk mengantarkan makanan untukmu. Ketika kamu tahu bahwa fisikku tak sekuat orang lain, kamu membuntutiku untuk memastikan bahwa aku baik-baik saja. Ketika aku tahu bahwa mood kamu sedang tidak baik, aku meminta orang lain untuk tidak mengganggumu, karena aku tahu bahwa kamu sedang butuh sendiri.
Perhatianmu tidak salah, kamu hanya bingung harus melakukan apa untuk menunjukkannya kepadaku karena kita memang pasangan dengan keterbatasan. Keterbatasan itulah yang menjadi sekat. Namun, sekat itulah yang harus menjadikan kita pasangan yang kuat.
Meski demikian, jauh dalam lubuh hatiku, aku lemah. Ingin sekali aku mengeluhkan banyak hal. Aku ingin bertukar pikiran dengan saling menatap, ya berkomunikasi bukan hanya dari hati, namun tatapan. Aku ingin memegang erat pinggangmu ketika kita sedang mengendarai motor, aku takut jatuh karena aku selalu mengantuk dalam perjalanan jarak jauh. Aku ingin menyandarkan kepala di bahumu agar kamu tahu bahwa aku lelah. Aku ingin selalu melihat senyummu dan membalasnya dengan senyumku, lalu kita saling bertatap dengan senyuman. Aku ingin memelukmu ketika kamu sedang tidak baik-baik saja. Aku ingin memegang tanganmu ketika kamu panik. Dan aku ingin kamu selalu ada di sampingku.
Namun, apalah daya kita, untuk sekedar menyentuh tanganmu saja aku tak mampu. Aku takut bila aku memegangnya, aku takkan pernah melepaskannya. Kita adalah pasangan dengan keterbatasan. Kita tidak bisa begitu saja melakukan apa yang kita mau karena belum ada akad yang menyatukan kita. Kita hanya bisa bersabar dan bersabar. Jangan lemah, jangan kalah, dan jangan menyerah. Perang dengan keterbatasan belum usai.

No comments:
Post a Comment